Puasa Tarwiyah adalah salah satu amalan sunnah berpahala besar yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan dalam ibadah wajib yang mungkin sempat terlewatkan. Pada dasarnya, puasa Tarwiyah dilaksanakan selama sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, lebih tepatnya pada tanggal-tanggal tertentu.
Umat Muslim tidak hanya berpuasa selama tujuh hari pertama bulan Haji, tetapi juga ada puasa Tarwiyah dan puasa Arafah yang dapat dilakukan. Puasa Tarwiyah memiliki keutamaan tersendiri dan merupakan bagian dari amalan sunnah yang dianjurkan pada periode tersebut.
Bagi yang ingin melaksanakan puasa Tarwiyah dengan penuh keyakinan dan kesungguhan, berikut adalah bacaan niat puasa Tarwiyah dalam berbagai bahasa:
- Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dalam bahasa Latin:
- Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dalam bahasa Arab:
- Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dalam bahasa Indonesia:
Dengan memperhatikan bacaan niat tersebut, umat Muslim dapat memulai puasa Tarwiyah dengan sungguh-sungguh dan berharap mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Apa Itu Puasa Tarwiyah?
Puasa Tarwiyah adalah salah satu jenis puasa sunnah di bulan Dzulhijjah. Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 8 bulan Haji. Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang dimuliakan, dan dalam sepuluh hari pertamanya, dianjurkan untuk meningkatkan ibadah.
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang khusus dibandingkan dengan bulan-bulan lain dalam penanggalan Islam. Pada bulan ini, terdapat berbagai jenis ibadah yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pahala dan keberkahan. Rasulullah Saw juga pernah bersabda mengenai bulan ini, “Tiada ada hari lain yang disukai Allah Swt untuk diisi dengan ibadah sebagaimana (kesukaan-Nya pada) sepuluh hari ini.” (HR At-Tirmidzi).
Puasa Tarwiyah dalam Puasa Idul Adha

Puasa Tarwiyah merupakan salah satu ibadah sunnah yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan puasa-puasa lainnya, yaitu dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa ini termasuk dalam ibadah puasa Idul Adha yang memiliki keutamaan tersendiri.
Pelaksanaan Puasa Tarwiyah
Untuk melaksanakan puasa Tarwiyah, kita perlu menjalankannya pada tanggal 8 bulan Haji. Puasa ini dimulai sejak fajar hingga matahari terbenam. Dengan menjalankan puasa Tarwiyah, kita dapat meraih pahala dan keberkahan dari Allah SWT.
Perbedaan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Niat puasa Tarwiyah harus dilakukan sepenuh hati, begitu pula dengan puasa Arafah. Namun sebenarnya, apa yang membedakan kedua jenis puasa sunnah ini?
Perlu diingat bahwa puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8, sedangkan puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Keduanya merupakan ibadah sunnah muakkad, yakni puasa yang sangat dianjurkan, terutama bagi umat Muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ibadah ini bertujuan untuk mempersiapkan diri fisik dan spiritual menjelang ibadah haji. Puasa ini dijalankan sebagai bentuk penghormatan dan persiapan sebelum memasuki hari Arafah.
Puasa Arafah
Puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ibadah ini merupakan salah satu puncak dari ibadah haji. Puasa Arafah memiliki makna yang sangat penting dalam agama Islam, karena pada hari ini, jutaan jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Bagi umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah haji, dilarang melakukan puasa Arafah. Hal ini dikarenakan puasa Arafah dilakukan pada tanggal Dzulhijjah, yang juga merupakan hari raya Idul Adha, di mana umat Muslim dilarang berpuasa.
Sebagai catatan penting, kedua puasa ini merupakan ibadah sunnah muakkad yang sangat dianjurkan. Namun, bagi umat Muslim yang melaksanakan ibadah haji, puasa Arafah tidak boleh dilakukan pada tanggal Dzulhijjah karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk memahami perbedaan antara puasa Tarwiyah dan Arafah serta menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan agama.
Dalil Tentang Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah
Sebelum melaksanakan ibadah sunnah, penting untuk mencari dalilnya terlebih dahulu. Bulan Dzulhijjah dikenal sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan dalam agama Islam. Namun, seringkali muncul pertanyaan apakah yang harus dilakukan terlebih dahulu, puasa Tarwiyah atau Arafah.
Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Dalil mengenai puasa ini didasarkan pada salah satu hadis shahih Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Puasa di hari Tarwiyah akan mengampuni dosa setahun yang lalu.” (HR Tirmidzi).
Puasa Arafah
Puasa Arafah dilaksanakan satu hari sebelum hari raya Idul Adha. Dalil mengenai puasa ini juga didasarkan pada hadis shahih yang menyatakan, “Puasa Arafah akan mengampuni dosa dua tahun.” (HR Tirmidzi).
Setelah menjalankan puasa Tarwiyah, masih terdapat amalan puasa sunnah lainnya yang bisa dilakukan. Satu hari setelah puasa Tarwiyah, umat muslim dapat melanjutkan dengan puasa Arafah, asalkan saat itu tidak sedang menjalankan ibadah haji.
Puasa Arafah dan Puasa Asyura
Disamping puasa Arafah, terdapat juga puasa Asyura yang dilaksanakan pada tanggal Muharram. Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang. Sementara itu, puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR Muslim).
Dengan mengetahui dalil-dalil tersebut, umat muslim dapat melaksanakan puasa Tarwiyah dan puasa Arafah dengan keyakinan dan keberkahan yang lebih besar.
Niat Puasa Tarwiyah Arab dan Terjemahnya
Sebelum menjalankan ibadah puasa Tarwiyah, setiap muslim wajib berniat karena Allah Ta’ala terlebih dahulu. Niat ini dapat dilafalkan maupun tidak, dan hal ini berlaku juga untuk puasa Tarwiyah.
Niat puasa Tarwiyah dapat dilakukan mulai dari malam hingga menjelang subuh keesokan harinya. Namun, ketika seseorang lupa melafalkan niat, puasanya tetap sah asalkan tidak melakukan perbuatan yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.
Pada dasarnya, niat puasa merupakan amalan yang bisa dilakukan atau tidak dilakukan. Puasa Tarwiyah tidak hanya dapat dilakukan pada malam hari. Banyak umat Muslim yang lupa melafalkan niatnya sehingga dapat dilakukan pada waktu lain. Niat tersebut dapat dilakukan pada siang harinya, khususnya dari pagi sebelum tergelincirnya matahari, asalkan tidak melanggar aturan yang membatalkan puasa.
Lafal Niat Puasa Tarwiyah 2023
Berikut ini adalah lafal niat puasa Tarwiyah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta’ālā.”
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”
Hukum Puasa Tarwiyah
Hukum puasa Tarwiyah adalah sunnah menurut Mazhab Syafi’i. Ulama dari Mazhab Syafi’i menjelaskan bahwa selain puasa Tarwiyah, berpuasa di tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah juga termasuk sunnah.
Keutamaan Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah merupakan ibadah sunnah yang dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah yang penuh dengan keberkahan. Selain memahami niat puasa Tarwiyah, penting juga untuk mengetahui keutamaan dari ibadah ini.
Mengampuni Dosa Setahun yang Lalu
Puasa Tarwiyah memiliki keutamaan yang luar biasa, yaitu dapat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan dalam setahun yang lalu. Hal ini diungkapkan dalam salah satu hadits yang menyatakan, “Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.”
Keberkahan dalam Menghapus Dosa Kecil
Bukan hanya dosa-dosa besar yang dapat diampuni, namun sebagian ulama juga menjelaskan bahwa puasa Tarwiyah dapat menghapus dosa-dosa kecil. Ini menunjukkan bahwa ibadah ini memiliki keutamaan yang luas dalam membersihkan hati dan mendapatkan pengampunan Allah SWT.
Keutamaan puasa Tarwiyah menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memperoleh ampunan dan berbagai keberkahan di bulan Dzulhijjah. Dengan melaksanakan puasa ini dengan ikhlas dan penuh keimanan, umat Muslim dapat memperkuat hubungannya dengan Allah SWT serta meningkatkan kesucian jiwa dan hati.
Amalan-Amalan Sunnah di Bulan Dzulhijjah selain Puasa Tarwiyah
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam, dan terdapat banyak amalan sunnah yang dapat dilakukan selain puasa Tarwiyah. Mengetahui amalan-amalan ini penting bagi setiap muslim, karena bulan Dzulhijjah dianjurkan untuk meningkatkan ibadah. Berikut ini adalah beberapa amalan sunnah yang dianjurkan di bulan Haji:
1. Melakukan ibadah haji
Ibadah haji adalah salah satu amalan paling utama di bulan Dzulhijjah. Bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kesempatan, melakukan ibadah haji adalah kewajiban. Ibadah ini meliputi tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan berbagai ritus lainnya. Melaksanakan ibadah haji dengan penuh kesungguhan akan mendatangkan pahala yang besar.
2. Melakukan qurban
Salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan di bulan Dzulhijjah adalah melaksanakan qurban. Qurban merupakan pengorbanan hewan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan kepada Allah. Dengan melaksanakan qurban, kita dapat berbagi rezeki dengan sesama dan membantu mereka yang membutuhkan.
3. Membaca takbir
Menjelang hari raya Idul Adha, sangat dianjurkan untuk membaca takbir. Takbir merupakan ucapan Allahu Akbar yang dilantunkan sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah. Membaca takbir dapat dilakukan setelah shalat fardhu, sebelum dan sesudah shalat lima waktu, serta di berbagai kesempatan lainnya. Dengan membaca takbir, kita memperindah dan menghidupkan suasana menyambut hari raya Idul Adha.
4. Memperbanyak amalan ibadah

Selain amalan-amalan khusus di atas, bulan Dzulhijjah juga merupakan waktu yang baik untuk memperbanyak amalan ibadah lainnya. Kita dapat melaksanakan shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya. Memperbanyak amalan ibadah di bulan Dzulhijjah akan mendatangkan berkah dan pahala yang besar.
Dengan memahami amalan-amalan sunnah di bulan Dzulhijjah, kita dapat memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya. Mari tingkatkan ibadah kita dan menuai pahala yang berlimpah di bulan yang penuh berkah ini.
Puasa Arafah: Menghapus Dosa dan Meraih Pahala
Puasa Arafah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Ibadah ini dilakukan pada tanggal 9 bulan Dzulhijjah setelah puasa Tarwiyah pada tanggal 8 bulan yang sama. Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa Arafah juga memiliki manfaat luar biasa dalam menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang.
Ibadah Sunnah yang Diajarkan Rasulullah
Amalan puasa Arafah ini merupakan salah satu ibadah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyebutkan dalam salah satu haditsnya sebagai berikut:
“Puasa Arafah menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.”(HR. Muslim)
Dalam hadits ini, Rasulullah menjelaskan bahwa puasa Arafah memiliki keistimewaan yang luar biasa. Ibadah ini bukan hanya menghapus dosa-dosa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi juga dosa-dosa yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan melaksanakan puasa Arafah, umat Muslim berkesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT serta memperoleh pahala yang besar.
Manfaat dan Keutamaan Puasa Arafah
Puasa Arafah memiliki manfaat dan keutamaan yang sangat berharga. Selain menghapus dosa-dosa, ibadah ini juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa Arafah juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk merenungkan kebesaran-Nya dan memperbanyak ibadah serta doa di hari yang istimewa ini.
Di samping itu, puasa Arafah juga melatih kita untuk meningkatkan kesabaran, ketaqwaan, dan pengendalian diri. Dengan menahan lapar dan dahaga selama satu hari, kita dapat menghargai nikmat yang Allah berikan dan belajar mengendalikan hawa nafsu.
Cara Melakukan Puasa Arafah
Untuk melaksanakan puasa Arafah, umat Muslim cukup berpuasa pada tanggal 9 bulan Dzulhijjah. Puasa dimulai sejak fajar hingga matahari terbenam. Disunnahkan juga untuk berdoa, membaca Al-Qur’an, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya selama hari tersebut.
Adapun niat puasa Arafah tidak perlu diucapkan secara khusus. Cukup niat dalam hati untuk berpuasa sebagai ibadah kepada Allah SWT. Selain itu, diharapkan kita menjaga sikap dan perbuatan agar tetap berada dalam keadaan puasa yang benar.
Puasa Arafah adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk menghapus dosa-dosa masa lalu dan mendapatkan keberkahan serta pahala yang melimpah. Mari kita manfaatkan ibadah ini dengan penuh kesungguhan dan menjalankannya sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkurban: Amalan Sunnah di Hari Raya dan Hari Tasyrik
Berkurban adalah salah satu amalan sunnah yang sudah tidak asing bagi umat Muslim. Ibadah ini dianjurkan untuk dilakukan pada hari raya dan hari-hari tasyrik. Berkurban tidak hanya menjadi kewajiban bagi umat Muslim, tetapi juga dapat menuai pahala yang besar sesuai dengan ajaran yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits.
Keutamaan Berkurban
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muttafaq ‘Alaihi, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan kurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih hewan kurban tersebut dengan menyebut nama Allah dan bertakbir. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu.
Peristiwa ini menunjukkan pentingnya berkurban sebagai bentuk pengorbanan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan penghormatan terhadap perintah Allah. Melalui ibadah berkurban, umat Muslim diajarkan untuk mengorbankan sebagian harta yang dimiliki sebagai tanda ketaqwaan dan pengabdian kepada Allah. Amalan ini juga merupakan bentuk solidaritas sosial, di mana daging hewan kurban dibagikan kepada yang membutuhkan.
Waktu Pelaksanaan Berkurban
Berkurban dapat dilakukan pada dua kesempatan yang penting, yaitu hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik. Hari raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, sedangkan hari-hari tasyrik adalah tiga hari setelahnya. Dalam rentang waktu ini, umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Allah.
Manfaat dan Pahala Berkurban
Berkurban memiliki manfaat dan pahala yang besar bagi individu yang melaksanakannya dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan agama. Diantara manfaat dan pahala tersebut adalah:
- Meningkatkan ketaqwaan dan kesadaran diri dalam beribadah kepada Allah.
- Mengasah sikap saling berbagi dan kepedulian terhadap sesama.
- Menjalin ikatan sosial yang kuat dalam masyarakat.
- Meraih pahala besar dan keberkahan dari Allah SWT.
Sebagai umat Muslim, penting bagi kita untuk menjalankan amalan sunnah ini dengan sungguh-sungguh. Dengan berkurban, kita dapat memperoleh manfaat spiritual dan sosial yang luar biasa serta mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita dapat melaksanakan ibadah kurban dengan niat yang ikhlas dan mendapatkan ridha-Nya. Aamiin.
Ibadah Haji: Keutamaan dan Pelaksanaannya
Setiap bulan Dzulhijjah, umat Muslim mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji, suatu amalan yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama Islam. Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Baik bagi mereka yang pernah melaksanakannya sebelumnya maupun yang belum mendapatkan kesempatan untuk menginjakkan kaki di tanah suci.
Pentingnya Ibadah Haji
Ibadah haji memiliki keutamaan yang sangat besar dalam agama Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada balasan yang diberikan kepada orang yang melaksanakan haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Pelaksanaan Ibadah Haji
Ibadah haji melibatkan serangkaian rangkaian ibadah yang harus dilakukan dengan tata cara yang telah ditentukan. Beberapa tahapan penting dalam pelaksanaan haji antara lain:
1. Ihram
Ihram merupakan tahap awal dalam ibadah haji. Saat memasuki miqat, seorang jamaah haji mengenakan pakaian ihram yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan dan persaudaraan di hadapan Allah SWT.
2. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah tujuh kali secara berlawanan arah jarum jam. Tawaf merupakan wujud penghormatan dan pengagungan kepada Allah SWT, serta mengingat sejarah dan perjuangan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
3. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sa’i menggambarkan kesabaran dan ketabahan Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang mencari air di tengah gurun saat ditinggalkan oleh suaminya.
4. Wuquf di Arafah
Wuquf di Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, di mana jamaah haji berada di Padang Arafah dan melaksanakan doa, dzikir, dan taubat dengan penuh khushu’ dan harap kepada Allah SWT.
Selain tahapan-tahapan tersebut, terdapat pula berbagai ibadah lainnya yang dilakukan selama ibadah haji, seperti mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, serta melakukan qurban dan berbakti kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dengan mengikuti semua rangkaian ibadah haji dengan penuh kesungguhan dan mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan, seorang Muslim berharap dapat mendapatkan keberkahan, amp unan, dan pahala yang besar dari Allah SWT.
Berdoa Agar Ibadah Diterima di Bulan Dzulhijjah
Pada bulan Dzulhijjah, terdapat banyak ibadah sunnah yang dapat kita tunaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Salah satu di antaranya adalah berpuasa, yang meliputi puasa Dzulhijjah, puasa Tarwiyah, dan puasa Arafah. Namun, tidak boleh kita lupa untuk senantiasa berdoa agar Allah Ta’ala meridai setiap ibadah yang kita lakukan.
Contoh doa untuk memohon agar ibadah kita diterima pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ketika mereka menerima perintah Allah Ta’ala untuk membangun Ka’bah di Makkah, mereka mengucapkan doa berikut ini:
Doa yang Dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS
“رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ”(Al-Baqarah/2:127)
Artinya: “Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Perlu diingat bahwa pengucapan doa tersebut merupakan salah satu bentuk kehati-hatian seorang Muslim. Kita mungkin saja tidak memenuhi syarat dalam melaksanakan ibadah sunnah maupun wajib, atau memiliki alasan-alasan lain yang mempengaruhi ibadah kita. Jika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai utusan Allah saja berdoa dengan demikian, tentunya sebagai orang biasa kita juga seharusnya mengucapkannya.
Niat Puasa Tarwiyah dan Keutamaannya
Niat puasa Tarwiyah memiliki nilai pahala yang besar, mengingat amalan ini dilaksanakan di bulan Dzulhijjah. Selain ibadah sunnah ini, terdapat jenis puasa lain yang dianjurkan bagi Muslim yang tidak menunaikan ibadah haji.
Dengan melakukan ibadah sunnah dan berdoa agar ibadah kita diterima, kita berharap untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah Ta’ala. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah dengan ikhlas dan mendapatkan ridha-Nya.
Anda sedang melihat postingan: Bacaan Niat Puasa Tarwiyah Latin, Arab & Terjemahan