Resesi APA ITU: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Detikers, mungkin banyak dari kalian yang sering mendengar tentang istilah resesi belakangan ini. Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi? Resesi adalah kondisi turunnya pertumbuhan ekonomi selama minimal dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti penurunan permintaan pasar, naiknya suku bunga, atau bahkan pandemi global seperti yang kita alami saat ini.

Resesi APA ITU
Resesi APA ITU

Isu terkait resesi memang sedang menjadi perbincangan hangat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Prediksi terjadinya resesi ini pun kerap menimbulkan kepanikan dalam masyarakat. Hal ini bisa dimengerti, karena resesi akan berdampak pada sektor ekonomi secara global, termasuk pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Penurunan ekonomi yang terjadi selama resesi memang menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Meskipun resesi diyakini akan terjadi secara global, namun masyarakat tetap mengkhawatirkan kestabilan ekonomi di negaranya jika terjadi resesi. Mereka khawatir akan terjadi penurunan penghasilan, pengangguran yang semakin tinggi, dan ketidakstabilan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami penyebab dan dampak resesi, serta mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapinya.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Resesi

Pengertian Resesi

Resesi merupakan kondisi ekonomi dimana perputaran ekonomi suatu negara menurun dan melambat. Hal ini menyebabkan aktivitas ekonomi yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu menjadi buruk dan lambat. Resesi dapat terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama bahkan tahunan dan terjadi akibat dari penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara selama dua kartal atau lebih secara terus menerus.

Indikator Resesi

Indikator utama resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini, PDB menjadi ukuran utama dalam mengukur aktivitas ekonomi suatu negara. Jika PDB mengalami penurunan secara terus menerus selama dua periode atau lebih, maka negara tersebut dapat dikatakan mengalami resesi.

Namun, National Bureau of Economic Research (NBER) yang berada di Amerika Serikat menetapkan definisi resesi yang lebih luas. Menurut NBER, resesi adalah kondisi dimana negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan. Penurunan ini terlihat dari PDB riil, penghasilan, tingkat pengangguran, produksi industri, penjualan grosir-ritel dan beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi aktivitas ekonomi suatu negara.

Dalam menghadapi resesi, pemerintah biasanya melakukan berbagai kebijakan dan tindakan yang diperlukan untuk memulihkan ekonomi. Tindakan tersebut dapat berupa pengurangan suku bunga, stimulus fiskal, dan program-program lainnya yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif resesi pada aktivitas ekonomi suatu negara.

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Inflasi

Inflasi adalah salah satu faktor utama yang memicu terjadinya resesi. Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa terus naik, sehingga daya beli masyarakat menurun dan berdampak pada penurunan produksi barang dan jasa. Jika hal ini terus berlangsung, maka tingkat pengangguran akan meningkat akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal, kemiskinan, dan akhirnya terjadi resesi.

Deflasi Berlebihan

Deflasi juga bisa memicu terjadinya resesi. Deflasi terjadi ketika harga barang dan jasa turun secara terus menerus, sehingga upah yang dibayarkan oleh perusahaan juga mengalami penurunan. Hal ini membuat masyarakat menunda pembelian barang atau jasa sampai harga mencapai titik terendah. Meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, namun pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada kerugian bisnis. Jika masyarakat atau unit bisnis berhenti untuk melakukan aktivitas ekonomi, kondisi ekonomi akan semakin memburuk dan berujung pada resesi.

Gelembung Aset Pecah

Pecahnya gelembung aset juga menjadi faktor penyebab terjadinya resesi. Hal ini terjadi ketika investor mengambil langkah gegabah dalam melakukan pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat. Namun, saat keadaan ekonomi mulai terpuruk, mereka akan beramai-ramai menjual asetnya, dan ini berdampak pada panic selling dan akhirnya berujung pada resesi.

Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi yang mendadak menjadi penyebab lain terjadinya resesi. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh kesulitan finansial dan masalah serius lainnya seperti tumpukan hutang. Hutang yang menumpuk akan mempengaruhi membengkaknya bunga yang perlu dibayarkan dan berujung pada ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar.

Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi juga menjadi faktor yang memicu terjadinya resesi. Hal ini terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan yang digantikan oleh teknologi terkemuka seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Akibatnya, lapangan pekerjaan akan menurun drastis dan angka pengangguran akan meningkat.

Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi pemicu terjadinya resesi. Barang dan jasa yang diproduksi secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen. Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan menipisnya laba perusahaan dalam negeri.

Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua Kuartal Berturut-Turut

Penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang ditandai dengan melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara juga menjadi salah satu indikasi terjadinya resesi.

Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar dibandingkan ekspor. Hal ini bisa memberikan efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya penurunan pendapatan nasional.

Tingginya Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran yang tinggi juga bisa menjadi indikasi bahwa suatu negara mengalami resesi. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran perekonomian suatu negara. Apabila angka pengangguran meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik.

Secara keseluruhan, resesi adalah kondisi yang kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain adalah krisis keuangan, kesalahan kebijakan perekonomian, disrupsi rantai pasokan, disrupsi perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, hingga faktor-faktor alamiah seperti bencana alam atau pandemi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang tepat dan bijaksana dari pemerintah dan semua pihak yang terkait untuk menghadapi resesi dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap ekonomi suatu negara.

Dampak Adanya Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi membawa dampak yang signifikan bagi berbagai pihak, termasuk pemerintahan, perusahaan, dan para pekerja. Berikut adalah beberapa dampak resesi ekonomi yang perlu diperhatikan.

Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Pemerintahan

Dampak resesi ekonomi pada pemerintahan sangat besar. Saat kondisi ini terjadi, angka pengangguran akan meningkat dan pemerintah dituntut untuk membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Namun, dalam situasi resesi ini, pinjaman pada bank asing cenderung meningkat.

Selain itu, adanya resesi juga membuat pendapatan pajak dan non-pajak menjadi rendah. Hal ini terjadi karena kondisi finansial masyarakat yang memburuk dan harga properti yang ikut turun. Sehingga, jumlah PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang masuk ke kas negara menjadi lebih sedikit.

Di sisi lain, pemerintah juga terus didorong untuk melakukan pembangunan di sektor pemerintahan, termasuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Namun, dengan semua tuntutan yang ada serta menurunnya pemasukan pendapatan pajak, membuat negara mengalami defisit anggaran dan utang pemerintah menjadi lebih tinggi.

Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Perusahaan

Resesi adalah kondisi perekonomian yang mampu membuat perusahaan jatuh bangkrut. Hal ini terjadi karena menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan dan mengancam arus kas.

Pada akhirnya, perusahaan akan memangkas biaya operasional dan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan, bahkan mengambil keputusan berat untuk melakukan efisiensi pegawai (PHK).

Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Para Pekerja

Dampak resesi adalah dampak yang dirasakan oleh para pekerja juga. Area bisnis yang ditutup dan efisiensi pegawai yang dilakukan untuk menekan biaya operasional membuat banyak orang kehilangan pekerjaan akibat adanya PHK. Pekerja yang tidak terkena PHK pun ikut dirugikan dengan pemotongan upah yang didapat.

Hal ini menjadi pendorong adanya ketidakstabilan sosial, kesenjangan yang semakin memburuk dimana-mana, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Oleh karena itu, tindakan yang tepat dari pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu diambil untuk memitigasi dampak resesi ekonomi pada para pekerja dan masyarakat secara umum.

Cara Pencegahan Resesi untuk Menjaga Kestabilan Ekonomi

Meningkatkan Daya Beli Melalui Belanja Besar-Besaran Pemerintah

Salah satu cara pencegahan resesi yang efektif adalah melalui peningkatan daya beli dengan belanja besar-besaran oleh pemerintah. Dengan cara ini, maka tercipta permintaan yang lebih banyak di pasar, sehingga mampu membangkitkan perputaran ekonomi yang sedang lesu.

Pemerintah dapat menggelontorkan dana untuk investasi dalam sektor infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, jembatan, dan fasilitas publik lainnya. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan insentif kepada sektor industri untuk menarik minat investor, meningkatkan daya saing, serta mendorong lahirnya inovasi.

Mengalokasikan Bantuan Khusus Untuk UMKM

Sebagai sektor ekonomi yang cukup besar dan penting, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pencegahan resesi. Pemerintah dapat memberikan bantuan khusus berupa kredit bunga rendah atau stimulus dana untuk UMKM produktif, yang kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan produksi dan kinerja UMKM secara umum.

Dalam memperkuat UMKM, pemerintah juga bisa melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti bank, koperasi, serta lembaga keuangan lainnya untuk memberikan pelatihan dan dukungan dalam berbagai hal yang diperlukan agar UMKM dapat bertahan dan terus tumbuh.

Menarik Investor Dalam Membangkitkan Kembali Ekonomi

Cara pencegahan resesi yang selanjutnya adalah dengan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Ini dilakukan agar tercipta kepercayaan bahwa kondisi ekonomi Indonesia stabil dan layak untuk dijadikan tempat investasi.

Pemerintah dapat memberikan insentif, kemudahan perizinan, serta berbagai fasilitas lainnya untuk menarik investor dari dalam dan luar negeri. Hal ini akan membawa dampak positif pada perputaran ekonomi secara keseluruhan, dengan naiknya tingkat investasi maka semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia dan berbagai dampak positif lainnya.

Jangan Panik, Ini Dia Cara Menghadapi Resesi Ekonomi

Meluasnya wabah Covid-19 dan dampaknya pada sektor ekonomi telah membuat banyak orang cemas tentang kemungkinan adanya resesi. Namun, sebelum panik, penting untuk memahami cara menghadapi resesi ekonomi. Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatur keuangan Anda selama masa resesi.

Jangan Boros, Usahakan Untuk Berhemat

Jangan tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan dan berusaha untuk membeli kebutuhan sehari-hari secara bijak. Hal ini akan membantu mengalokasikan dana yang tersedia untuk hal-hal yang lebih penting seperti melunasi hutang, menabung atau berinvestasi, serta mempersiapkan dana darurat.

Melunasi Hutang yang Ada

Jika Anda memiliki hutang, pastikan untuk membayar hutang Anda secara bertahap dengan memprioritaskan hutang dengan bunga yang lebih besar. Hal ini akan membantu Anda mengurangi beban hutang selama masa resesi dan membantu menghindari pembayaran bunga yang lebih tinggi.

Siapkan Dana Darurat dan Asuransi

Dana darurat adalah penting untuk dipersiapkan selama masa resesi, sehingga Anda memiliki cadangan dana untuk memenuhi kebutuhan mendadak. Anda juga harus mempertimbangkan asuransi kesehatan untuk mengurangi biaya medis yang tidak terduga dan membantu melindungi keuangan Anda selama masa resesi.

Mulai Mencari Pendapatan Tambahan

Mencari sumber pendapatan tambahan dapat membantu mengurangi tekanan keuangan selama masa resesi. Anda dapat mencari pekerjaan paruh waktu atau melakukan pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan Anda.

Berinvestasi dan Menabung

Menabung dan berinvestasi adalah cara yang baik untuk memperkuat keuangan Anda selama masa resesi. Menabung untuk dana darurat dan berinvestasi di pasar modal atau properti dapat membantu meningkatkan kekayaan Anda dan memberikan keamanan finansial di masa depan.

Kelola Pos Keuangan dengan Efektif

Mengelola pos keuangan dengan bijak dapat membantu Anda menghindari pemborosan dan memperkuat keuangan Anda selama masa resesi. Pisahkan kebutuhan pokok dari keinginan Anda dan cobalah untuk mengelola pengeluaran Anda secara efektif.

Mengajukan Pinjaman Dana untuk Hutang Produktif

Jika Anda memiliki hutang, Anda dapat mencoba untuk mengajukan pinjaman dana untuk hutang produktif, seperti untuk membuka usaha sendiri. Ini akan membantu Anda memperoleh pendapatan tambahan dan memperkuat keuangan Anda selama masa resesi. Namun, pastikan untuk mempertimbangkan risiko dan manfaat sebelum mengajukan pinjaman.

Anda sedang melihat postingan ini: Resesi APA ITU: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya